Pramono Bakal Kaji Larangan Penggunaan Plastik Sekali Pakai di Jakarta
Cerdas MemilihNewsHot
Redaktur: Heru Sulistyono

Calon gubernur Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung. (Foto: istimewa).

Jakarta, tvrijakartanews - Calon Gubernur Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung menyatakan siap mengkaji larangan penggunaan plastik di Jakarta jika nanti ia terpilih sebagai Gubernur.

Menurut dia, dampak sampah plastik sangat besar bagi lingkungan dan terasa sekali di Jakarta.

"Saya akan mengkaji kalau memang itu memberikan manfaat, kebaikan bagi Jakarta," ujar Pramono usai menghadiri Diskusi Publik Gen-Z "Bersama Membangun Jakarta Bebas Sampah" di Creative Hall, Mbloc Market, Melawai, Jakarta, Kamis (21/11/2024) malam.

Pramono menyampaikan, ada beberapa referensi terkait pelarangan penggunaan plastik, salah satunya Bali. Pulau Dewata itu diketahui telah melarang penggunaan tiga bahan plastik yaitu kantong plastik, polysterina (Styrofoam), dan sedotan plastik.

Untuk itu, dia menegaskan tak takut untuk menerapkan larangan penggunaan sampah plastik sekali pakai, sebagaimana amanat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Di antaranya, styrofoam untuk kemasan makanan, alat makan plastik sekali pakai, sedotan plastik, kantong belanja plastik, kemasan multilayer maupun kemasan berukuran kecil.

"Saya harus mengakui urusan persampahan ini ini kan expertnya pemain di lapangannya. Tapi, Saya enggak segan-segan untuk berani menerapkan itu," ucap Pramono.

Dalam kesempatan itu, Pramono juga menjelaskan bahwa permasalahan sampah di Jakarta juga dipengaruhi oleh pemisahan sampah yang belum terorganisasi dengan baik. Padahal, masing-masing jenis sampah memiliki marketnya tersendiri dan yang paling besar adalah sampah elektronik.

"Nah kalau kemudian ini menjadi peluang orang yang memisahkan sampah makanan, sampah elektronik, sampah-sampah lainnya kan akan bisa menjadi sumber pendapatan bagi warga," tutur Pramono.

Pramono pun menolak jika pemerintah provinsi harus turun tangan dalam memilah sampah. Menurutnya, pemerintah provinsi hanya sebagai fasilitator agar ada kepastian jaminan untuk mendapatkan penghasilan dari memisahkan sampah.

"Sebab kalau enggak posisinya pasti lemah," ucapnya.